Selasa, 09 Agustus 2016

Sakit adalah Rejeki


Tepat satu hari yang lalu, ditanggal 8 Agustus 2016 pukul 3 dini hari aku harus masuk ke UGD karena rasa sakit di area perut yang sudah teramat sangat. Yaaa, sakit itu diakibatkan oleh GERD (Gastroeosophageal Reflux Disease) yang saat ini sedang terjadi di tubuhku. GERD, adalah kondisi dimana asam lambung meningkat dikarenakan salah makan atau tingkat stress yang terlalu tinggi. Dan tidak seperti gejala asam lambung pada biasanya, gas asam ini akan naek ke kerongkongan bahkan sampai tenggorokan dan dapat menimbulkan peradangan hebat hinggah muntah darah.
Kondisi jauh dari keluarga dan pasangan membuatku sedih karena harus meminta tolong kepada siapa aku tengah malam seperti itu. Beruntungnya aku memiliki teman-teman kerja yang sangat baik. Singkat cerita, aku bekerja di salah satu perusahaan pembangkit listrik di daerah Paiton Probolinggo. Mana Paiton itu?? Kalau kalian pernah ke Bali melalui jalur darat dan melihat satu area yang banyak sekali gemerlap lampunya, itulah kantor saya.
Malam itu aku bingung harus bagaimana dengan kondisi ini. Dan tanpa berfikir lagi aku memutuskan untuk segera membawa diriku ke salah satu rumah sakit di Surabaya. Karena jarak paiton-surabaya sekitar 3 jam, aku tak mungkin menyetir mobil sendirian dan beruntungnya ada mereka berdua yang kala itu masuk sore dan belum tertidur.
Sesampainya di UGD aku langsung ditangani seorang dokter ganteng. Dia menginjeksikan obat supaya rasa sakit diperutku segera hilang. Dan beruntungnya lagi aku tidak harus di rawat inap seperti kondisi pertama dulu saat aku terkena GERD.
Keesokan harinya, 9 Agustus 2016 aku memutuskan untuk tetap berangkat kerja. Dan sesampainya di kantor menjalani pekerjaan seperti biasanya. Hingga saat istirahat tiba dan beberapa orang berkumpul di ruanganku. Menanyakan bagaimana kondisi ku? Mengapa aku sekarang ini begitu lemah dan gampang terserang sakit? Menyuruhku untuk menjaga pola makan dan tidak terlalu memforsir diriku untuk bekerja.
Tapi tiba-tiba ada suatu pertanyaan yang membuatku merasakan sesak kala itu. Ada yang bertanya, “Kemaren kamu ke Surabaya di antar siapa? Bagaimana rasanya ketika kamu sakit dan kamu LDR? Apa yang kamu rasakan ketika pasanganmu hanya bisa mengomentarimu melalui chat saja sementara disini teman-teman mu yang dengan tulus menolongmu dengan tindakan? Apa yang dia lakukan ketika kamu dalam kondisi saat ini?”
Dari semua pertanyaan itu aku hanya menjawab pertanyaan pertama. Rasanya sakit akan pertanyaan itu. Bukan karena ketidakhadiran kentut di samping ku saat aku sedang lemah, bukan karena dia hanya bisa memantauku lewat chat, bukan karena dia tidak bisa langsung menolongku disaat aku terjatuh lemas. Tapi karena pikiran orang lain terhadap kentut yang seperti itu. (Oiya, saat ini aku dan kentut sudah memiliki hubungan lebih dari  sahabat. Kami sudah berkomitmen memiliki hubungan special, namun kami menjalani Long Distance Relationship. Untuk cerita bagaimana kami jadian di cerita tersendiri ya).
Aku ingin bilang ke mereka, bahwa apa yang kalian ungkapkan itu semua salah. Aku tau bagaimana kentut menjagaku dan aku tau kalau dia disini pasti dia akan melakukan apapun demi kesembuhanku. Namun, tiba-tiba aku tertegun saat membaca chat kentut yang mengatakan “Aku nanti malem mau nonton yah.” Sesaat setelah membaca chat dari dia aku berfikir, kenapa apa yang dikatakan beberapa orang teman ku jadi kamu lakukan tut? Kalau mereka tau kamu justru pergi menonton disaat pasanganmu sakit , artinya kau menunjukan bahwa omongan mereka itu benar. Bahwa kamu memang seperti yang mereka katakan. Seketika itu aku menyatakan keberatan akan kepergiannya untuk menonton bersama teman-temannya. Bukan karena aku manja, bukan karena aku mengekangmu, bukan karena aku ingin kau selalu ada saat ini. Tapi lebih karena, aku tidak ingin kamu menjadi seperti kamu pikiran buruk teman-teman ku. Dan aku bersyukur mengikuti permintaanku. Aku bersyukur kamu tidak pergi. Dan aku bersyukur aku bisa mematahkan semua persepsi buruk orang di sekelilingku tentang kamu.
Dari semua cerita diatas aku ingin menceritakan kepada kalian para pembaca blog ini, Bahwa sesungguhnya SAKIT itu adalah REJEKI. Bagaimana bisa??? Karena saat sakit dan kamu berada di posisi terlemah, kamu akan melihat siapa orang yang benar-benar peduli terhadap mu. Siapa orang yang akan membantumu. Siapa yang memang teman dan siapa yang justru senang. Dan kamu bisa mengetahui apakah orang yang kamu sayang, memang sayang kepadamu.
Sakit juga membawaku jauh lebih dekat kepada ALLAH SWT. Ketika sakit doa kita akan lebih di dengarkan dan dikabulkan. Ketika sakit, Allah akan memeluk kita dan berkata bahwa “Kamu KUAT dan BISA”. Ketika sakit pun kita juga dapat rejeki istirahat sejenak dari segala kesibukan dan rutinitas melelahkan. Dari sini aku belajar kembali tentang arti semangat, realistis dan tindakan positif saat kita berada dalam kondisi negative. Dan Aku percaya, tidak ada keburukan yang diberikan Allah SWT kepada hambanya. Apa yang kita anggap buruk belum tentu buruk, begitupun sebaliknya. Semoga kedepan kita bisa menjadi orang yang selalu di ridhoi di jalan-NYA. J


Tidak ada komentar:

Posting Komentar