Sekitar
pukul sebelas malam nada dering ponsel ku berbunyi. Aku tau itu adalah telepon
dari kamu yang saat ini sedang dipisahkan oleh jarak denganku. Saat itu
terdengar suara mu sedikit sengau seperti orang yang sedang tidak enak badan.
Tapi ketika aku memastikan keadaanmu yang sebenarnya kamu mengatakan bahwa kamu
sehat-sehat saja. Saat itu di kamar ku sedang ada dua sahabat perempuanku yang
menginap. Sehingga aku memutuskan untuk keluar kamar meninggalkan mereka menuju
sebuah ruang kosong yang ada di rumahku.
Di
ruangan itu terdapat sebuah sofa yang aku gunakan untuk bersandar ketika
mengobrol denganmu. Dalam jarak yang hanya terhubungkan dengan suara kita
bercanda panjang lebar tentang semua hal. Kamu menceritakan bagaimana kondisi
dan situasi yang saat ini kamu jalani disana. Dan aku juga menceritakan tentang
semua hal yang aku alami disini. Kita tak pernah melewatkan satu waktu pun
tanpa tertawa.
Ruang
kosong itu yang sebelumnya taka da suara karena tidak ada siapapun menjadi
sangat hidup dengan suara ketawa ku yang kencang malam itu. Kedua sahabat
perempuanku sampai bingung mengapa ditengah malam yang begitu sunyi itu
tiba-tiba aku tertawa dengan dengan dan tanpa batas. Hingga salah seorang dari
mereka menghampiriku dan bertanya ada apa denganku. Karena kamu juga
mengenalnya maka kuserahkan ponselku kepadanya agar kalian juga bisa mengobrol.
Tak
berapa lama ponsel itu kembali kepadaku dan kita melanjutkan pembicaraan yang
kebanyakan terbilang konyol. Ruangan kosong itu menjadi lebih riuh karena suara
tertawaku yang tak pernah berhenti. Hingga akhir nya rasa kantuk mendatangi
kita berdua, dan memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan kita. Benar saja
kantuk datang saat itu, karena waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam
disini dan pukul satu dini hari disana.
Satu
jam pembicaraan yang kita lakukan bisa menghidupkan sebuah ruang kosong dirumah
ku yang sebelumnya tidak ada yang mengisi ruangan itu hingga akhirnya aku duduk
disana dan mengobrol denganmu. Meskipun di ruangan itu terlihat aku hanya
seorang diri tapi ternyata aku bisa menghidupkan suasana dengan tawa riangku
akan obrolan kita.
Dari
kondisi ini aku bisa melihat, bahwa orang yang terlihat sendirian di sebuah tempat
belum tentu merasa sendiri. Karena dia dan sebuah ruangan itu pasti memiliki
teman dan sesuatu yang bisa membuat mereka menjadi hidup. Menjadi berwarna dan
merasa bahwa tidak pernah merasa kesepian karena sebenarnya jauh ditempat yang
tidak bisa dilihat dengan mata secara bersamaan, ada seorang teman hidup yang
selalu menemani. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar