Minggu, 08 Februari 2015

AKU DAN SEBUAH RUANG KOSONG

                Sekitar pukul sebelas malam nada dering ponsel ku berbunyi. Aku tau itu adalah telepon dari kamu yang saat ini sedang dipisahkan oleh jarak denganku. Saat itu terdengar suara mu sedikit sengau seperti orang yang sedang tidak enak badan. Tapi ketika aku memastikan keadaanmu yang sebenarnya kamu mengatakan bahwa kamu sehat-sehat saja. Saat itu di kamar ku sedang ada dua sahabat perempuanku yang menginap. Sehingga aku memutuskan untuk keluar kamar meninggalkan mereka menuju sebuah ruang kosong yang ada di rumahku.
                Di ruangan itu terdapat sebuah sofa yang aku gunakan untuk bersandar ketika mengobrol denganmu. Dalam jarak yang hanya terhubungkan dengan suara kita bercanda panjang lebar tentang semua hal. Kamu menceritakan bagaimana kondisi dan situasi yang saat ini kamu jalani disana. Dan aku juga menceritakan tentang semua hal yang aku alami disini. Kita tak pernah melewatkan satu waktu pun tanpa tertawa.
                Ruang kosong itu yang sebelumnya taka da suara karena tidak ada siapapun menjadi sangat hidup dengan suara ketawa ku yang kencang malam itu. Kedua sahabat perempuanku sampai bingung mengapa ditengah malam yang begitu sunyi itu tiba-tiba aku tertawa dengan dengan dan tanpa batas. Hingga salah seorang dari mereka menghampiriku dan bertanya ada apa denganku. Karena kamu juga mengenalnya maka kuserahkan ponselku kepadanya agar kalian juga bisa mengobrol.
                Tak berapa lama ponsel itu kembali kepadaku dan kita melanjutkan pembicaraan yang kebanyakan terbilang konyol. Ruangan kosong itu menjadi lebih riuh karena suara tertawaku yang tak pernah berhenti. Hingga akhir nya rasa kantuk mendatangi kita berdua, dan memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan kita. Benar saja kantuk datang saat itu, karena waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam disini dan pukul satu dini hari disana.
                Satu jam pembicaraan yang kita lakukan bisa menghidupkan sebuah ruang kosong dirumah ku yang sebelumnya tidak ada yang mengisi ruangan itu hingga akhirnya aku duduk disana dan mengobrol denganmu. Meskipun di ruangan itu terlihat aku hanya seorang diri tapi ternyata aku bisa menghidupkan suasana dengan tawa riangku akan obrolan kita.

                Dari kondisi ini aku bisa melihat, bahwa orang yang terlihat sendirian di sebuah tempat belum tentu merasa sendiri. Karena dia dan sebuah ruangan itu pasti memiliki teman dan sesuatu yang bisa membuat mereka menjadi hidup. Menjadi berwarna dan merasa bahwa tidak pernah merasa kesepian karena sebenarnya jauh ditempat yang tidak bisa dilihat dengan mata secara bersamaan, ada seorang teman hidup yang selalu menemani. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar