Resolusi adalah sebuah kata yang
menyatakan bagaimana kita membuat pengulangan solusi untuk kesempatan atau
kejadian yang pernah kita alami sebelumnya. Dari sebuah resolusi ini diharapkan
ada sebuah perubahan yang jauh lebih baik kedepan nanti. Sebelum aku
menjelaskan tentang resolusi yang telah aku buat pada 10 Februari 2015 dimana
aku menceritakannya kepada satu-satunya orang terdekat yang aku percaya, aku
akan mencerikatan bagaimana masa kecil , orang tuaku dan cara ku untuk
mengembangkan pikiran hingga saat ini.
Ayah
ku adalah seseorang yang membuatku menjadi tangguh saat ini. Aku, ibu dan ayah
tidak tinggal serumah sejak aku kelas 5 SD. Bukan karena kedua orang tua ku
bercerai , tetapi karena tuntukan pekerjaan yang mengharuskan ayahku untuk berpindah
tempat hampir setiap tahunnya. Dan ibu ku akhirnya menutuskan untuk menetap di
sebuah kota yang bernama kota Semarang. Dan aku mengingat sebuah kata saat ayah
ku hendak meninggalkan kami selama beberapa bulan untuk pertama kalinya, Dia
mengatakan “ Jaga ibu ya Tavi, kamu harus bisa ngantiin ayah ketika ayah
bekerja. Ayah percaya kamu adalah anak yang tangguh.”
Semenjak
itu aku selalu mengingat kata itu dan benar-benar menjaga ibu ku dengan sekuat
tenagaku. Aku adalah sesosok anak perempuan tomboy yang lebih menyukai rambut
pendek saat itu dan bergaya layaknya laki-laki. Ayahku tidak pernah complain tentang
itu, tapi berbeda dengan ibu. Ketika ayah justru bersemangat membelikanku
Tamiya, Mobil Remote Control , Beyblade dan berbagai aneka permainan laki-laki
lainnya. Ibuku justru melakukan kebalikannya, aku dimasukkan ke sebuah sekolah
modeling supaya aku mengerti bagaimana menjadi seorang perempuan.
Untuk
pertama kalinya aku tidak mau bahkan hingga mengangis, tapi kembali ke
kata-kata ayah aku harus menjaga ibu dan membuatnya senang. Akhirnya aku
mengikuti keinginan ibu untuk bersekolah modeling hingga aku SMP kelas 3. Penghargaan
yang aku peroleh cukup banyak karena menurut pelatihku aku memiliki bakat dan
ibu sangat senang mendengarnya.
Hingga
akhirnya sebuah masalah yang cukup serius datang di keluarga kami ketika aku
kelas 1 SMA. Sebuah kabar tidak menyenangkan datang dari ayah, Ayahku sakit
batu ginjal dan harus di operasi seketika itu juga. Karena tempat ayahku
bekerja adalah perusahaan swasta dengan sistem kontrak kerja jadi kala itu dari
perusahaan tidak menanggung semua biaya pengobatannya. Aku tidak begitu paham
saat itu, karena ibuku tidak pernah menceritakan tentang kondisi finansial
mereka saat itu.
Yang
aku tau hanyalah, aku merasakan bahwa pengeluaran ku benar-benar di hemat oleh
ibu karena ayah harus beberapa kali operasi. Dan yang paling parahnya lagi, setelah
ayah sembuh dan kontraknya habis dia tidak bisa bekerja lagi diperusahaan itu. Tapi
ayah bukanlah orang yang gampang menyerah, sembari menunggu panggilan kerja
dari perusahaan lain ayah rela menjadi supir bus kota selama kurang lebih 3
bulan demi tetap menutup kehidupan kami. Entahlah apa yang benar-benar terjadi
saat itu tapi yang aku tau kami memang benar-benar dalam masa krisis keuangan
yang cukup parah.
Tapi
setelah 3 bulan itu berakhir, Allah berkata lain ada banyak sekali tawaran
pekerjaan untuk ayah. Kurang dari 1 tahun kondisi keuangan keluarga kami
membaik dan bisa kembali normal seperti sebelumnya. Sejak kondisi itu aku
menyadari bahwa perjuangan seorang Ayah untuk anaknya, seorang suami untuk
istrinya dan seorang ibu untuk anaknya itu sangatlah besar. Dan aku berjanji
dalam hatiku akan selalu membuat mereka bangga dan tidak pernah mengecewakan
mereka sampai kapanpun.
Ketika
masa-masa kuliah tiba aku sudah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang
Engineer wanita di bidang yang aku gemari dan aku ingin menjadi seorang yang
sukses dibidang itu. Hingga akhirnya sebuah kondisi di luar dugaan datang. Ketika
beberapa perusahaan besar sudah siap menerima ku sebagai karyawan atas
kemampuan yang meraka lihat dalam diriku, Allah berkehendak lain. Allah belum
mengijinkan ku untuk menggapai mimpi itu dan aku diberikan sebuah anugrah
berupa sakit yang bisa kubilang sebagai bentuk pengampunan dosaku.
Tiga
bulan pertama aku benar-benar belum bisa menerima kondisi ini dan masih
menginginkan untuk menjadi seorang engineer dalam waktu dekat. Idealisme ku
benar-benar kuat dan tidak pernah ada yang bisa merubahnya bahkan kedua orang
tuaku sekalipun. Saat itu yang aku lakukan hanya menangis dan meratapi nasib. Aku
sadar itu bukan aku, bukan aku yang selalu bersemangat dan selalu berfikir maju
kedepan akan segala hal.
Hingga
pada satu titik ada yang menyadarkanku akan bagaimana diriku dengan semangatku
dan cita-citaku yang begitu tinggi. Aku juga harus mencontoh ayahku yang tidak
pernah malu untuk bekerja apapun demi keluarganya. Bahkan aku ingat ketika dia
SMA pun dia memperoleh beasiswa dari menjadi atlet basket dan bisa membantu
kedua orangtuanya. Kondisi ku saat ini masih jauh lebih beruntung daripada
ayahku dulu yang sangat berkekurangan. Aku hanya diberi ujian sakit yang
menundaku untuk meraih mimpiku dalam waktu dekat. Dan jika aku menyerah dengan keadaan
ini artinya aku kalah.
Beruntunglah
aku memiliki kedua orang tua yang selalu mensuport segala kegiatan dan
keinginanku. Beruntung pula aku memiliki seorang partner yang sangat aku
percaya untuk meluapkan setiap hal yang aku alami. Aku tidak pernah berani
meluapkan tangisanku di depan orang tuaku karena aku takut membuat mereka
sedih. Yang aku lakukan pasti menghubungi dia yang memang aku percaya dan
meluapkan semuanya. Beruntung juga aku selalu curhat dengannya karena dia selalu
menggunakan logika untuk setiap permasalahan yang aku ceritakan dan dalam
setiap obrolan kami yang serius pasti ada selipan bercanda yang bisa merubah
suasana sedih menjadi menyenangkan. Dan dalam seketika semangatku pasti kembali
berkali lipat lebih banyak.
Dari
setiap hasil sharing ku dengannya itulah, aku menjadi memiliki sebuah resolusi
diluar dugaanku. Keberanian dalam diriku menjadi berkali lipat dan aku merasa
bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Tepat pada bulan ke tujuh
pengobatanku dimana hasil pemeriksaan secara total keluar aku akan memulai
segalanya dengan hal baru. Aku masih akan tetap mengejar impian ku menjadi
seorang Engineer hebat, namun impianku bertambah satu lagi AKU HARUS SUKSES DI
USIA KURANG DARI 27 TAHUN. Ini resolusiku, memiliki kebebasan finansial di usia
muda seperti idolaku Merry Riana, membahagiakan orang tuaku selagi mereka masih
sehat dan berbagi dengan sesama. Dan ketika aku hanya menjadi seorang pegawai
kemungkinan itu akan sulit aku peroleh, dan aku mulai memikirkan untuk menjadi
seorang pengusaha.
Entah
darimana nanti modal nya , bagaimana caranya aku belum tahu pasti saat ini. Yang
aku tau ketika orang lain bisa , aku pasti bisa. Partner ku juga selalu bilang
bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dan yang bisa aku ambil
sebagai pembelajaran dari kata-kata itu adalah kita memang tidak sempurna tapi
kita harus selalu berjuang dengan semangat untuk selalu mencapai kesempurnaan
itu. Yang tidak boleh ditinggalkan juga adalah selalu iringi setiap usaha
dengan doa kepada Allah.
Dan
sebenarnya yang paling penting dari semua ini adalah ketika kita bermimpi
jangan pernah takut untuk menggapainya. Pilihlah salah seorang partner yang
benar-benar dipercaya untuk mencurahkan segala apa yang kamu rasakan. Partner sejati
tidak harus kekasihmu, suamimu atau seseorang yang lebih hebat darimu. Partner sejati
cukup dari seseorang yang bisa membawamu ke arah positif, dengan pemikiran
positif, dan membuatmu bersikap positif.
LETS DO OUR BEST AND BELIEVE THAT OUR DREAMS COME TRUE !!! J